Selasa, 01 Mei 2012

Pendekatan Konsep Sistem Dalam Proses keperawatan


BAB II
PEMBAHASAN

A.               Pengertian Konsep Sistem
Kata sistem menjadi sangat populer dengan munculnya pendekatan sistem yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu. Sistem secara teknis berarti seperangkat komponen yang saling berhubungan dan bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Kata sistem berasal dari bahasa latin (syst dan ema) dan bahasa yunani (sust dan ema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan suatu set kesatuan yang berinteraksi, ketika suatu model metematika sering kali dapat dibuat.
Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Misalnya, negara yang merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang salaing berhubungan sehingga membentuk suatu negara dengan rakyat sebagai penggeraknya. Kata “sistem” sering digunakan baik dalam percakapan sehari-hari, forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal dan berbagai bidang, sehingga memiliki makna yang beragam.[1]
Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan alat yang memiliki hubungan di antara mereka. Sistem secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai elemen atau bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dan berinteraksi untuk mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, keperawatan dapat diartiakan sebagai suatu keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam upaya mencapai tujuan akhir.



B. Komponen sistem dalam keperawatan
Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem[2] :

1.                  Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.

2.                  Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).

3.    Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lbih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.

4.                  Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.

5.    Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
Secara khusus, komponen dalam sistem keperawatan meliputi:
1. Manusia
Manusia adalah makhluk bio-psikososial yang utuh dan unik yang mempunyai kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia dipandang secara menyeluruh dan holistik mempunyai siklus kehidupan meliputi tumbuh kembang, memberi keturunan, memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan dengan menggunakan berbagai mekanisme yang dibawa sejak lahir maupun yang didapat bersifat biologis, psikologis dan sosial.
Manusia selalu mencoba memenuhi kebutuhannya melalui serangkaian peristiwa yang mencakup belajar, menggali, serta menggunakan sumber-sumber yang diperlukan berdasarkan potensi dan keterbatasannya.
2. Lingkungan
Manusia selalu hidup dalam suatu lingkungan tertentu, lingkungan meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan merupakan tempat dimana manusia berada, yang selalu mempengaruhi dan dipengaruhi manusia sepanjang hidupnya.
Setiap lingkungan mempunyai karakteristik tersendiri dan memberikan dampak yang berbeda pada setiap manusia, dalam menanggapi dampak lingkungan ini, manusia selalu berespon untuk mengadakan adaptasi agar keseimbangan dirinya tetap terjaga. Adaptasi dapat bersifat positif, dapat pula negatif (apabila manusia beradaptasi secara negatif pada pengaruh lingkungan maka akan menimbulkan masalah.
Lingkungan disini adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi kesehatan, lingkungan ini dapat berupa kondisi sosial budaya, lingkungan geografis yang ada di masyarakat yang berada di luar institusi kesehatan.
3. Kesehatan
Sehat merupakan suatu persepsi yang sangat individual, beberapa definisi tentang sehat adalah :
a. WHO (1947) : Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental, sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat.
b. Parson (1972) : Sehat adalah kemampuan individu secara optimal untuk eran dan tugasnya secara efektif.
c. Dubois (1978) : Sehat adalah suatu proses yang kreatif individu secara aktif dan terus menerus beradaptasi dengan lingkungannya.
Kesehatan adalah suatu proses yang dinamis, terus menerus berubah sebagai interaksi antara individu dengan perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
4. Keperawatan
Tindakan keperawatan berdasarkan pada kebutuhan manusia, keperawatan dilaksanakan secara universal terjadi pada semua tingkat manusia. Tingkah laku dalam keperawatan meliputi rasa simpati, empati, menghargai orang lain, tenggang rasa. Keperawatan menghargai kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut manusia. Keperawatan membantu klien mengenal dirinya, sebagai makhluk yang memiliki kebutuhan yang unik.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan keperawatan adalah salah satu bentuk “pelayanan profesional sebagai integral dari pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologi sosial, dan spiritual secara komprehensif diajukan kepada individu, keluarga dan masyarakat sehat maupun sakit, mencakup siklus hidup manusia”.


C.Penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan
Penerapan sistem dalam penggunaan proses keperawatan meliputi beberapa tahapan, yaitu[3] :
1. Tahap pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan manganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan seorang pasien.
Tujuan pengkajian adalah untuk memberikan suatu gambaran yang terus mengenai kesehatan pasien, yang memungkinkan tim perawat merencanakan asuhan keperawatan kepada pasien secara perorangan[4].
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai dilakukan sejak klien masuk rumah sakit, selama klien dirawat secara terus-menerus serta pengkajian dapat dilakukan ulang untuk menambah dan melengkapi data yang telah ada. Berdasarkan sumber data, data pengkajian dibedakan atas data primer dan data sekunder :
· Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari klien bagaimanapun kondisi klien.
· Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pasien seperti dari perawat, dokter, ahli gizi, ahli fisiotheraphy, keluarga atau kerabat klien, catatan keperawatan serta hasil pemeriksaan penunjang lainnya.
Secara umum ada beberapa cara pengumpulan data yaitu :
· Wawancara yaitu melalui komunikasi untuk mendapatkan respon dari pasien dengan tatap muka.
· Observasi yaitu dengan mengadakan pengamatan secara visual atau secara langsung kepada pasien.
· Konsultasi yaitu dengan melakukan konsultasi kepada yang ahli spesialis bagian yang mengalami gangguan.
· Melalui pemeriksaan seperti inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), auskultasi serta pemeriksaan fisik lainnya, seperti pengukuran EKG.

b. Pengelompokan data
Setelah selesai mengumpulkan data maka selanjutnya data-data terkumpul dikelompokkan, data dapat dibagi atas data dasar dan data khusus.
· Data dasar terdiri dari data fisiologis / biologi, data psikologis, data social, data spiritual dan data tentang tumbuhkembang klien.
· Data khusus adalah data yang bersipat khusus. Misalnya laporan intake dan output cairan selama operasi, hasil pemeriksaan hematology, pemeriksaan roentgen dan sebagainya.
Selain data diatas, berdasarkan cara pengumpulan data dibagi atas data objektif dan data subjektif.
· Data objektif adalah data yang diperoleh perawat berdasarkan hasil pemeriksaan atau observasi secara langsung.
· Data subjektif adalah data yang diperoleh berdasarkan keluhan atau perkataan klien atau keluarganya.
c. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan
Tahapan terakhir dari pengkajian adalah analisa data untuk menentukan diagnosa keperawatan. Proses keperawatan analisa adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi pasien. Analisa data dilakukan melalui pengesahan data, pengelompokkan data, membandingkan data, menentukan ketimpangan / kesenjangan serta membuat kesimpulan tentang kesenjangan masalah yang ada.
2. Tahap Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status / masalah kesehatan aktual / potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi :
a. Adanya masalah aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah / penyakit.
b. Faktor-faktor berkontraksi / penyebab adanya masalah.
c. Kemampuan klien mencegah / menghilangkan masalah.
Diagnosa keperawatan berorientasi kepada kebutuhan dasar manusia, berdasarkan pada kebutuhan dasar menurut Abraham Maslow, memperlihatkan respon individu / klien terhadap penyakit dan kondisi yang dialaminya.
3. Tahap Perencanaan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan dan aktifitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien.
Tahap perencanaan keperawatan adalah :
a. Proses penentuan prioritas
Proses ini dimulai dengan membuat prioritas diagnosa keperawatan, urutan prioritas diagnosa keperawatan menunjukkan masalah tersebut menjadi prioritas untuk dilakukan intervensi keperawatan. Meskipun demikian tidak berarti bahwa satu diagnosa harus dipecahkan dahulu secara total baru mengerjakan diagnosa berikutnya. Biasanya beberapa diagnosa keperawatan dapat diatasi secara bersamaan.

b. Penetapan sasaran dan tujuan
Pada proses ini dilakukan setelah penetapan urutan prioritas diagnosa keperawatan. Sasaran adalah hasil yang diharapkan dalam mengurangi atau mengatasi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan. Sedangkan tujuan menggambarkan penampilan, hasil atau perilaku klien yang berhubungan dengan sasaran. Perencanaan tujuan bermanfaat dalam merancang, mengimplementasikan dan mengevaluasi asuhan keperawatan kepada klien.
c. Penentuan kriteria evaluasi
Kriteria adalah standar yang dipakai untuk mengevaluasi penampialan klien. Misalnya klien dapat menyebutkan empat komplikasi diabetes millitus. Kriteria diperlukan apabiala tujuan belum spesifik dan tidak dapat diukur.
d. Rencana intervensi
Adalah bagian akhir dari perencanaan dimana perawat memutuskan srategi dan intervensi keperawatan yang akan dilakukan. Strategi dan tindakan yang dilakukan diarahkan langsung pada etiologi atau faktor pendukung dari diagnosa keperawatan.
4. Tahap implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan, keterampilan interpersonal, intelektual, dan tekhnikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan.
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan ( intervensi independent, dependen dan interdependen).
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
5. Tahap evaluasi
Hal-hal yang dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, dan kualitas data, teratasi atau tidaknya masalah klien, serta pencapaian tujuan serta ketetapan intervensi keperawatan. Akhirnya, penggunaan proses keperawatan secara tepat pada praktek keperawatan akan memberi keuntungan pada klien dan perawat. Kualitas asuhan keperawatan diharapkan dapat ditingkatkan. Perawat dapat mendemonstrasikan tangguang jawab dan tangguang gugatnya yang merupakan salah satu ciri profesi dan yang amat penting adalah menjamin efisiensi dan efektifitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien.
6. Tahap dokumentasi
Dokumentasi proses keperawatan merupakan metode pencatatan proses keperawatan yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, dokumentasi masalah, perencanaan, tindakan.
D. Hubungan sistem dengan subsistem dan supra sistem
Dalam sistem terdapat input (masukan), proses, output (hasil/keluaran), dan umpan balik. Pendekatan sistem merupakan satu cara yang memandang keperawatan secara menyeluruh dan sistematik, tidak parsial atau fragmentis. Keperawatan sebagai suatu sistem merupakan satu kesatuan yang utuh dengan bagian-bagiannya yang berinteraksi satu sama lain. Keperawatan dapat diartikan sebagai keseluruhan karya insani yang terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan fungsional dalam usaha mencapai tujuan akhir.[5]
Keperawatan dapat digambarkan sebagai kesatuan subsistem dan membentuk satu sistem yang utuh. Sitem pendidikan ini memperoleh input dari suprasistem (masyarakat atau lingkungan) dan memberikan output bagi suprasistem tersebut. Subsistem yang membentuk sistem keperawatan adalah tujuan, klien, manajemen, struktur dan jadwal waktu, asuhan keperawatan, tenaga perawat dan tim kesehatan lain, teknologi, fasilitas, kendali mutu, penelitian, serta biaya perawatan.
Interaksi fungsional antarsubsistem keperawatan disebut sebagai proses keperawatan. proses keperawatan dapat terjadi dimana saja, tidak terbatas lingkungan rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya. Melalui proses keperawatan diperoleh hasil (output) keperawatan. hasil keperawatan adalah asuhan keperawatan yang sudah diberikan kepada klien berdasarkan tujuan keperawatan yang telah ditetapkan. Tujuan keperawatan masing-masing tingkatan perawatan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan bermuara pada tujuan kesehatan nasional.
Beberapa penerapan sistem keperawatan :
· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Keperawatan
Dalam memberikan asuhan keperawatan yang potensial kepada klien. Asuhan Keperawatan saling berhubungan dengan tim pelayanan kesehatan lainnya seperti dokter, radiologi, klien/pasien, IPTEK, tim rumah tangga di RS, gizi, laboratorium, dan sistem pendukung lainnya.
· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan
Penerapan sistem dalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan juga saling berhubungan dengan pelayanan lainnya seperti IPTEK, AIPNI, PPNI, Penyelenggara pendidikan keperawatan, kebutuhan masyarakat, kebijakan pendidikan nasional keperawatan, dan profesi lain.
· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pengembangan Profesi Keperawatan
Penerapan sistem ini berhubungan dengan masyarakat, kebijakan nasional, PPNI, faktor lain, AIPNI, IPTEK, institusi pendidikan keperawatan. Dengan bekerjasama bersama peleyanan-pelayanan lainnya sehingga pengembangan profesi keperawatan dapat berjalan dengan lancar.
· Penerapan Sistem Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Secara Umum
Pelayanan kesehatan dalam penerapannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan dan manajemen, kebutuhan pelayanan kesehatan, konsep kesehatan, tujuan pembangunan kesehatan, IPTEK, dan berbagai profesi kesehatan.
E. Pengaruh pada Pelayanan Kesehatan ditinjau dari persfektif Sistem
· Internal
a. Bagi profesi dengan pendekatan sistem dan proses keperawatan, perawat dapat mempertanggung jawabkan tugasnya sesuai dengan standar. Jadi akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan profesi Keperawatan secara keseluruhan.
b. Bagi Perawat akan meningkatkan kepuasan dalam bekerja dan meningkatkan kecintaan pada profesi.
c. Kemampuan memanfaatkan hasil/keluaran dari pendidikan
d. Kemampuan dalam pengadaan dan pengembangan sumber daya pendidikan.
· Eksternal
a. Bagi Klien dapat memfasilitasi keterlibatan klien dan keluarga dalam perawatan disetiap tahapan proses keperawatan.
b. Tekanan dan Tuntutan kebutuhan Masyarakat
c. Perkembangan global Keperawatan Profesional
                  
F.   Pelayanan Kesehatan Sebagai Suatu Bagian Integral Dari Pelayanan Kesehatan
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari suatu pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas, diantaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.[6]
Sebagaimana contoh pelayanan keperawatan dalam tingkat dasar yang dilakukan dilingkup puskesmas dengan pendekatan asuhan keperawatan keluarga dan komunitas yang berorientasi pada tugas keluarga dalam kesehatan diantaranya mengenai masalah kesehatan secara dini. Mengambil keputusan dalam kesehatan, menanggulangi keadaan darurat bila terjadi kecelakaan atau penyakit yang sifatnya mendadak, memberikan pelayanan keperawatan dasar pada anggota keluarga yang sakit serta memodifikasi lingkungan untuk menunjang peningkatan status kesehatan serta memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Demikian juga pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan asuhan keperawatan pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada anak, maka perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada anak melalui pendekatan proses perawatan anak untuk lingkup keperawatan jiwa, perawatan akan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa pada kasus medik dan bedah perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada kasus medik dan bedah, pada kasus obstretic dan gynecology perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada maternitas dengan tingkat kasus tertentu, pada kasus gawat darurat perawat akan memberikan asuhan keperawatan pada keadaan gawat dan darurat dan lain-lain tinggi keperawatan.
            Produktivitas Keperawatan naik secara signifikan dengan reformasi kesehatan tahun 1990 yang mengurangi biaya keperawatan input tetapi dampak pada keselamatan pasien dan perawat negatif. Pendekatan saat ini untuk meningkatkan produktivitas keperawatan termasuk "bangsal produktif" dan rekonfigurasi tim menyusui juga menggambar pada inovasi manufaktur. Muncul pemikiran menganggap produktivitas dalam konteks lingkungan kerja dan peran profesional berubah, dan mengusulkan reconceptualising perawat sebagai aset intelektual organisasi kesehatan pengetahuan intensif. [7]


G.     Pembaharuan Pendidikan Keperawatan Sebagai pelayanan kesehatan
Perkembangan pelayanan sebagai pelayanan profesional didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang terarah dan terencana.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada lokakarya nasional keperawatan pada bulan januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi (profesional education).
Tenaga keperawatan yang merupakan jumlah tenaga kesehatan terbesar seyogyanya dapat memberikan kontribusi essensial dalam keberhasilan pembangunan kesehatan.untuk itu tenaga keperawatan dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan profesionalnya agar mampu berperan aktif dalam pembangunan kesehatan khususnya dalam pelayanan keperwatan profesional.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan profesional keperawatan[8], pendidikan keperawatn bukan lagi merupakan pendidikan vokasional atau kejuruan akan tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan atau asuhan keperawatan profesional kepada masyarakat jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat doktoral. Keyakinan inilah yang merupakan faktor pengerak perkembangan pendidikan keperawatan di indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, yang sebenarnya telah dimulai sejak 1962 yaitu dengan dibukanya akademi keperawatan yang pertama di jakarta. Proses ini berkembang terus sejalan dengan hakikat profesionalisme keperawatan, dalam lokakarya keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar- dasar pengembangan pendidikan tinggi keperawatan. Sebagai realisasinya di susun kurikulum program pendidikan D3 keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan sarjana (SI) keperawatan. Pendidikan tinggi keperawatan di harapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan membaharuan dan memperbaiki mutu pelayanan atau asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan profesi keperawatan, keperawatan sebagai suatu profesi , dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengembangan harus mampu mandiri.
Agar melaksanakan perannya dengan baik, perawat harus menguasai bidang pendidikan, karena dengan mempelajari ilmu pendidikan seorang mahasiswa prodi keperawatan diharapkan dapat memberi dan menerima informasi yang akan dibutuhkan dalam menghadapi pasien ( orang lain) sehingga mampu mengarahkan pada pencapaian kompetensi profesional.
Adapun fungsi pendidikan keperawatan sebagai media pengabdian bagi masyarakat yang mencakup :
1.      Pelayanan kepada masyarakat melalui berbagai bentuk, sifat dan jenjang pelayanan kepada masyarakat, serta membangun model pelayanan/asuhan keperawatan.
2.      Pendidikan dan bimbingan masyarakat dengan cara membina kemampuan masyarakat mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
3.      Mengarahkan kemampuan masyarakat untuk mengorganisir dan melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan professional.
4.      Memberi konsultasi dalam keperawatan kepada berbagai pihak yang memerlukan.
Dimana dalam implementasinya di lapangan, pendidikan keperawatan sangat berperan penting dalammembina sikap, pandangan dan kemampuan professional, lulusannya. Diharapkan perawat mampu bersikap dan berpandangan professional, berwawasan keperawatan yang luas, serta mempunyai pengetahuan ilmiah keperawatan yang memadai, dan menguasai keterampilan professional secara baik dan benar (Husin, 1966). Dan juga Pendidikan kepe    rawatan menghasilkan perawat yang bersikap professional mencakup keterampilan intelektual, interpersonal, dan tekhnikal, mampu mempertanggungjawabkan secara legal, keputusan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan standar dan kode etik profesi, serta dapat menjadi contoh peran bagi perawat lain.[9]
Dalam dunia pendidikan dikenal sejumlah usaha untuk menguraikan tujuan yang sangat umum. Dalam dunia keperawatan, menurut NLN (The National League for Nursing), tujuan pendidikan bagi keperawatan yaitu, antara lain :
1.      Menjadi pemain kunci dalam inisiatif untuk membangun keragaman dalam tenaga kerja pendidik perawat.
2.      Promosikan penyusunan tenaga kerja keperawatan yang memberikan kontribusi untuk kualitas kesehatan dan keselamatan.
3.      Diakui sebagai pemimpin dalam memajukan keunggulan dan inovasi dalam pendidikan keperawatan.
4.      Menjadi sumber utama data untuk undang-undang, peraturan, atau keputusan tentang pendidikan keperawatan dan tenaga kerja pendidik perawat, dan yang menginformasikan praktek mengajar di semua jenis program pendidikan keperawatan untuk populasi siswa yang beragam.
5.      Menjadi pemain kunci dalam menciptakan komunitas pendidik perawat dari seluruh dunia untuk isu-isu dan pengaruh yang terkait dengan keunggulan dalam pendidikan keperawatan.
Adapun menurut steve glenn pendidikan bagi keperawatan untuk mempersiapkan siswa untuk menjadi perawat profesional yang berdedikasi dan kompeten. Perawat ini akan memiliki kemampuan untuk mengelola pelayanan kesehatan yang efektif untuk penduduk yang beragam, termasuk masyarakat miskin dan kurang terlayani.



[1] Gaffar S.kp, La Ode Jumadi. Pengantar Keperawatan Profesional. 1999. Jakarta : EGC

[2] Ali H, Zaidin. Dasar- Dasar Keperawatan Profesional. 2001. Jakarta : Widya Medika

[3] Alimul H, A. Aziz. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. 2006. Jakarta :Salemba Medika

[4] Potter,Patricia A,Perry, Anne Griffin. Fundamental Keperawatan. 2005. Jakarta : EGC

[5] Asmadi. 2008. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

[6] Potter,Patricia A,Perry, Anne Griffin. Fundamental Keperawatan. 2005. Jakarta : EGC

[7] http://www.Google scholar / Henri Nicola North, Frances Hughes, (2012) "A systems approach to nursing productivity", Journal of Health Organization and Management, Vol. 26 Iss: 2

[8] Gaffar S.kp, La Ode Jumadi. Pengantar Keperawatan Profesional. 1999. Jakarta : EGC

[9] http://www.nursing-of international. _sub study,. Hamka Abdi Kusuma “Peran PentingAsuhan Keperawatan dalam Pelayanan Kesehatan Yang Profesional “